Story Hidup
Lika-liku kehidupan
Sekelumit asa dan rasa.
Ali Asran bin Muhammad Idris bin Salikin bin Marosip merupakan anak pertama dari delapan bersaudara( Delsau) yang terlahir di sebuah desa terpencil Tamiang Mudo, Sibinail kecamatan Muara Sipongi Mandailing Natal Sumatra Utara, sejak kecil sudah biasa susah dan hidup dengan banyak rintangan usia lima tahun sudah tinggal di ladang ( Kebun) hidup bersama alam yang masih asri dan perawan masa ini masa yang sangat asik dan menyenangkan. Bahkan diusia ini saya sudah diajari mengaji Juz'Amma oleh ayah sebagai Guru pertama ku. Ketika usia sudah harus masuk SD maka saya pun didaftarkan masuk SDN 142654 Sibinail dan kala di ingat waktu kelas satu dan dua nilai rapor hampir bernilai merah semua. yang anehnya tidak pernah tinggal kelas mungkin inilah nasibku. Lucu aneh dan mengherankan tapi itulah adanya.
1993 saya pun tammat dan melanjutkan ke Pondok Pesantren Darul 'Ulum Muara Mais Jambur kecamatan Kotanopan disini saya banyak mendapat kan ilmu dari guru-guru yang Alim, Tawadhu dan penyayang yang ikhlas memberikan ilmu dan berbagai pengalaman. Susah, pahit, dan getir meruapakan bumbu dan penyedap hari-hari ku di istana tanpa mahkota ini dilautan yang tak bertepi ini kadang ku hampir lepas kendali dan tenggelam namun karena dayung perinsip yang kupunya pantang berbalik surut gelombang itu kutantang agar sampai kedermaga ilmu yang kucita-citakan
1999 Cita-cita jadi seorang tamat dari Pondok pun kudapat kan. Kegamangan pun senantiasa membuat ku menjadi lemas tak berdaya kemana lagi pulau yang harus kutuju seketika aku bingung dibuat nya. Ke Mesir itu bumi para nabi sungai nil yang slalu ku hayalkan siang dan malam. Paramida yang indah slalu kulukis dalam angan walau kadang kala air mata ku menetes tak terasa.lamunan ku ini seperti pepatah kepingin memeluk gunung apa daya tangan tak sampai, ingin menduga laut tali kail hanya panjang sejengkal.
Hari-hari ini pun kulalui kunikmati tanpa kuharus menyalahkan keadaan lalu kucoba merantau ketanah melayu itulah kota Dumai yang menjadi saksi aku berusaha siang malam agar bisa mendapatkan cita-cita ku. Siang malam pagi sore ku tapak setapak demi setpak tapi hasil hanya Allah yang paling tahu. Tahun 2000 - 2002 kucoba mengajar SDN dan MDA disebuah desa Pintu Padang Kecamatan Mapat Tunggul kabupaten Pasaman Sumatra Barat dan pada akhirnya kubalik ketanah melayu kali ini kutekat kan apa yang ku bisa itu lah yang akan kujalani. Ku daftar menajdi peserta kursus komputer di Widya sartika komputer selesai awal 2003 selasai itu ku minta restu keorang tua untuk melanjutkan kan studi di UIN Suska Riau ayah cuma bilang ayah hanya bisa mendoakan semoga Engkau wahai anakku sukse dan berhasil. Lalu ku diantar dengan Do'a tangisan dan air mata karena ku berangkat tanpa tau alamat kemana harus menuju namun dengan petunjuk Allah kujumpai paman dan ku menginap beberapa malam dirumah nya.
Tibalah hari kumulai mau masuk Perguruan tinggi tanpa petunjuk dan orang yang mau membimbing kumasuk kekampus yang tidak tahu dari mana kumulai dan kulakukan tapi itulah Allah tau yang terbaik dari niat baik yang ingin kulakukan datanglah pertolongan dari seorang dosen yang tak tahu ku namanya sampai hari in menolong ku dengan ikhlas mulai beli pormulir mengisi lalu menyerah kan.
Aku pun masuk mengikuti segala aturan yang berlaku dan pada akhirnya ku lulus melalui jalur mandiri.
Mulai lah kuliah yang menurut prediksi ku seperti di pondok dulu ternyata sungguh beda dan sangat jauh berbeda. Hari-hari kulalui dengan sungguh dan tekun sambil mengabdi disebuah masjid tak terasa sudah di penghujung semester empat. Datanglah kabar ayah ku sakit dan menelpon ku harus pulang. Dengan perasaan yang tidak karuan dengan langkah yang lunglai dan air mata yang bercucuran kupulang kekampung ternyata ketika kusampai jasad sudah terbujur kaku yang ku dapatkan.
Meratap sejadi-jadinya seakan kejadian ini seakan mimpi, aku tak berdaya menerima taqdir nasibku jadi yatim.
Sepekan setelah itu kubalik kekampus dengan perasaan masih seperti ayam kehilangan induk, badan seperti bayangan yang tak tau arah dan tujuan. Namun karena berbagai motivasi dan dorongan aku harus cepat selesaikan studi ini. Kau harus bangkit aku harus buktikan bahwa aku bisa mewujudkan cita-cita ayahku anakku harus sarjana.tekad itu yang kubawa dan selalu jadi selimut tidurku jadi bahan baku dalam ingatanku dan akhirnya kuselesaikan delapan semester 2007 ku dapat kan cita-cita mulia itu.

Komentar
Posting Komentar