Lika - Liku Hidup
Ustadz Ali Asran Lubis, S.Pd.I
Merupakan seorang tenaga Pendidik di SMP Plus Muhammadiyah Tualang.dari tahun 2008 - 2019.
Sekarang per 6 Januari 2020 mengajar di SMA N 6 Tualang.
Ketua IKADI Kabupaten Siak, Penyuluhan Agama Kemenag Siak, Anggota Aktif MUI Tualang, Sekretaris Majelis Pengkaderan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tualang.
Hidup ini perjuangan, yang banyak rintangan onak, duri kerikil tajam yang menghalang.
Takut di uji jangan hidup, mau hidup hadapi lah semua nya dengan sabar dan ikhlas.
Kecilku sudah tinggal dari ladang keladang ( kebun) poyosirah, impalela, lokapah, lubuk siarang. Kampung terpencil dikelilingi hutan belantara yang masih asri dan perawan. Masa SD sudah sekali sehari makan nasi karena hidup yang miskin baju sekolah compang camping, sepatu seperti sepatu orang keladang jangankan jajan melihat duit cuma sekali setengah tahun itupun karena ada acara maulid dan lebaran.
Menjadi kenek becak waktu libur dari pondok kulakukan, menacari rotan ( pangkat) dibulan puasa aku kerjakan, menajajakan rambutan bila musimnya aku jalani, membabat ( bakureh/ mangomo) kukerjakan, kerja somel karena tidak ada ongkos kuliah ku hadapi. bahkan sampai sakit terkapar aku dibuatnya.
Waktu jadi santri mengorek ( memotong, mangguris) karet yang kukerjakan, menyabik dan menuai padi orang. etika musim panen datang.inilah yang sering ku lakukan dengan kawan-kawan.
Makan dengan cabe hijau dan garam sudah menjadi kebiasaan ku dan bahkan kebiasaan ku waktu itu.
Jualan roti keliling, jualan bakso keliling, sambil kursus aku kerjakan. Ketika berumah tangga mendodos sawit pun kulakukan.
Dari masjid kemasjid dan musholla yang ku jalani itulah waktu kuliah makan pakai tempe dan telur bulat itu lah aku sewaktu kuliah.
Kepelosok kampung Pasaman Sumbar,Riau, Sumut sudah kurasakan memberikan pencerahan.
Inilah kehidupan yang kalau diingat sedih bercampur haru bahkan kadang bahagia.
Wahai hidup... Berikan lah aku kehidupan yang penuh kesabaran dan keikhlasan.
Hidup bukanlah untuk bersantai dan bermenung menangisi nasib tapi hidup adalah berjuang untuk merubah nasih.
ان الله لايغير ما بقوم حتى يغير مابانفسهم
Allah takkan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubah nasib nya sendiri ( Qs Arra'du ayat 11).
Wallahu A'lam bisshowaf.
Merupakan seorang tenaga Pendidik di SMP Plus Muhammadiyah Tualang.dari tahun 2008 - 2019.
Sekarang per 6 Januari 2020 mengajar di SMA N 6 Tualang.
Ketua IKADI Kabupaten Siak, Penyuluhan Agama Kemenag Siak, Anggota Aktif MUI Tualang, Sekretaris Majelis Pengkaderan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tualang.
Hidup ini perjuangan, yang banyak rintangan onak, duri kerikil tajam yang menghalang.
Takut di uji jangan hidup, mau hidup hadapi lah semua nya dengan sabar dan ikhlas.
Kecilku sudah tinggal dari ladang keladang ( kebun) poyosirah, impalela, lokapah, lubuk siarang. Kampung terpencil dikelilingi hutan belantara yang masih asri dan perawan. Masa SD sudah sekali sehari makan nasi karena hidup yang miskin baju sekolah compang camping, sepatu seperti sepatu orang keladang jangankan jajan melihat duit cuma sekali setengah tahun itupun karena ada acara maulid dan lebaran.
Menjadi kenek becak waktu libur dari pondok kulakukan, menacari rotan ( pangkat) dibulan puasa aku kerjakan, menajajakan rambutan bila musimnya aku jalani, membabat ( bakureh/ mangomo) kukerjakan, kerja somel karena tidak ada ongkos kuliah ku hadapi. bahkan sampai sakit terkapar aku dibuatnya.
Waktu jadi santri mengorek ( memotong, mangguris) karet yang kukerjakan, menyabik dan menuai padi orang. etika musim panen datang.inilah yang sering ku lakukan dengan kawan-kawan.
Makan dengan cabe hijau dan garam sudah menjadi kebiasaan ku dan bahkan kebiasaan ku waktu itu.
Jualan roti keliling, jualan bakso keliling, sambil kursus aku kerjakan. Ketika berumah tangga mendodos sawit pun kulakukan.
Dari masjid kemasjid dan musholla yang ku jalani itulah waktu kuliah makan pakai tempe dan telur bulat itu lah aku sewaktu kuliah.
Kepelosok kampung Pasaman Sumbar,Riau, Sumut sudah kurasakan memberikan pencerahan.
Inilah kehidupan yang kalau diingat sedih bercampur haru bahkan kadang bahagia.
Wahai hidup... Berikan lah aku kehidupan yang penuh kesabaran dan keikhlasan.
Hidup bukanlah untuk bersantai dan bermenung menangisi nasib tapi hidup adalah berjuang untuk merubah nasih.
ان الله لايغير ما بقوم حتى يغير مابانفسهم
Allah takkan merubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu merubah nasib nya sendiri ( Qs Arra'du ayat 11).
Wallahu A'lam bisshowaf.

Komentar
Posting Komentar